Rabu, 04 Januari 2017

Sesungguhnya, Bahkan Jika

Sesungguhnya orang yang mengajarkan aku bahwa kata nanti sama dengan tidak pernah terjadi adalah kamu.

Kamu yang pernah bilang nanti tapi nyatanya tidak pernah mengabari. Kamu yang pernah bilang pergi tapi akhirnya pergi sendiri. Kamu yang pernah bilang esok tapi ternyata tidak pasti.

Aku tidak tau dimana kamu mempelajari hal-hal aneh seperti itu. Membuat orang lain menunggu terlalu lama bukanlah hal yang baik. Membuat orang lain percaya pada hal yang salah juga bukan hal yang benar.

Di dunia ini, ada banyak hal yang tidak bisa dihindari. Jatuh cinta padamu, misalnya. Aku tidak bisa menghindarinya. Sejak pertama kali melihatmu, aku pikir aku bisa melakukannya setiap waktu. Kemudian kita menjalaninya bersama, atau mungkin hanya aku yang merasa aku menjalaninya bersamamu. Masa-masa dimana aku bisa ikut tersenyum saat kamu tersenyum, bagiku itu menyenangkan. Masa-masa dimana aku bisa menceritakan kepada sahabatku apa yang kamu lakukan hari itu juga mendebarkan.Masa-masa dimana mendengarmu berbicara terasa mengasyikkan.

Orang lain melihat kita mungkin bahagia, selayaknya kisah-kisah klise masa SMA yang terpampang nyata. Tapi orang lain melihat dari sudut pandangnya. Bukan dari sudut pandang aku, apalagi kamu.

Dari sudut pandangku, aku benar-benar menyukaimu. Karena menurutku saat itu aku masih dalam tahap menyukai. Tiap tingkah yang kamu lakukan bagiku itu hal yang menarik. Tiap kalimat yang kamu ucapkan bagiku lebih dari sekedar hiburan. Tiap pagi saat berangkat sekolah semuanya terasa menjadi mengesankan.

Sesungguhnya, aku tidak begitu menyukai tempat wisata alam. Apapun jenisnya.
Aku tidak begitu suka laut, karena disana hanya ada air yang bergelombang, bergerak kesana-kemari dan terlihat tanpa ujung. Tapi ketika kamu ada disana, aku belajar menyukainya. Bahwa laut membawa suasana bebas. Kita bisa berlari seauh yang kita mau. Hanya saa, aku masih tidak begitu menyukainya ketika malam tiba.
Aku juga tidak begitu suka gunung. Disana hanya ada jalan yang sulit dilalui, pohon-pohon yang terlalu besar. Hewan-hewan yang terlalu pandai bersembunyi, atau bahkan makhluk-makhluk yang tak kasat di mata orang lain mungkin akan terlihat jelas dimataku. Tapi ketika kamu ada, disana, aku akan belajar memahaminya. Aku akan berpur-pura tidak melihat apapun. Aku akan melalui alan-jalan menanjak hingga sampai ke puncak, selama itu kamu, kurasa aku baik-baik saja. Dan setidaknya aku tahu, bahwa di gunung, suasana hati bisa berubah menyeuk sedikit demi sedikit. Walau tetap saa, ketika gelap tiba, aku tidak akan menyukainya.

Sesungguhnya, satu-satunya hal yang aku sukai adalah lampu-lampu yang menyala saat gelapnya malam. Gedung-gedung tinggi tidaklah buruk asal lampunya menyala. Tempat yang akan didatangi banyak orang. Dan aku juga tidak sendirian disana. Bersamamu, misalnya haha. Tapi walaupun sendiri, selama itu banyak lampu dan banyak orang, bagiku itu tidak akan menakutkan.

Hanya saja, kamu sekarang sudah bersama orang lain. Bahagiamu sudah jadi orang lain. Bukan aku.

Iyahaha.

Bahkan jika orang itu memng bukan aku, tidak masalah jika aku masih menyukaimu bukan?

Ah ya, lalu bagaimana dari sudut pandangmu tentang aku pada masa-masa itu? Tidakkah kamu pernah menyukaiku? Sekali pun? Aku rasa pernah.

JJika seperti itu, bagiku sudah cukup. Aku tidak janji akan melepaskanmu, hanya saja bahagialah dahulu. Selamat siang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar